Lumajang

Tak Ada Peremajaan Paska Penebangan Sonokeling, Warga dan Pegiat Lingkungan Lumajang Sangat Menyayangkan

Diterbitkan

-

Memontum Lumajang – Penebangan Pohon Sonokeling di wilayah Desa Sumberejo, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang oleh Perhutani Lumajang, sekitar pertengahan November 2020 lalu, menuai penyesalan warga dan pegiat lingkungan. Masalahnya, usai penebangan pohon bernama latin Dalbergia Latifolia dalam kategori appendix II CITES (Convention on International Trade in Endagered Species of Wild Fauna and Flora), tidak diikuti dengan peremajaan atau penanaman pohon baru.

Sehingga, dikhawatirkan juga berdampak pada sumber mata air di sekitar kawasan. “Penebangan (Pohon) Sonokeling oleh Perhutani, bisa berdampak pada pasokan air, sumber mata air mengecil. Kita khawatir, saat musim kemarau nanti, sumbernya mati,” ungkap Mbah Priyo (60) Warga Dusun Krajan, Desa Sumberejo.

Wakil Kepala (Waka) Administratur/KSKPH Perhutani Lumajang, Marhaendro Bagyo Sungkowo, mengatakan bahwa di Sumberejo, Sonokeling merupakan tanaman tepi atau bukan tanaman pokok. Sehingga, seperti untuk penebangan, bisa sepengetahuan Muspika.

Baca Juga : Perhutani Tebang Sonokeling Hutan Candipuro

Advertisement

“Di Sumberejo itu karena tanaman tepi dan penebangannya sudah sepengetahuan Muspika,” kata Waka Administratur.

Bagaimana dengan peremajaan Sonokeling ? Waka mengatakan, jika pihaknya tidak punya pembibitan Sonokeling di Lumajang. “Kalau untuk Lumajang, karena tidak ada rencana penanaman Sonokeling, maka tidak ada upaya itu. Tetapi, permudaan alam itu yang kita perdayaan. Yang ditebang lupa berapa pohon, kalau 100 pohon ada tapi sporadis tempatnya,” terang Waka.

Ditanya pertimbangannya apa, Waka mengatakan, Sonokeling di Lumajang hanya sebagai tananaman sela, tidak mencakup luas. Hanya sporadis.

Pegiat Lingkungan Lumajang, Arsyad Subekti, saat dikonfirmasi Sabtu (30/01) tadi, berharap pihak Perhutani maupun BKSDA harusnya benar-benar mengkaji terlebih dulu sebelum mengeluarkan izin untuk penebangan Pohon Sonokeling. Karena selain kayu tersebut masuk apendik ll, dampak yang ditimbulkan juga perlu dipikirkan.

Advertisement

“Harusnya sebelum dilakukan penebangan, dikaji lebih dahulu. Apalagi, dikawasan tersebut ada sumber mata air yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat. Kita berharap Perhutani lebih bijaklah. Jangan hanya memikirkan profit semata. Karena sekarang ini bencana banjir, longsor di mana-mana, salah satunya akibat hutan kita sudah banyak yang gundul,” ungkap Arsyad. (adi/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

Lewat ke baris perkakas