Lumajang

Tanggapi Keluhan Warga Terkait Aktivitas Penambangan Pasir yang Digelar di Istana Negara, Ini Tanggapan Kapolres Lumajang

Diterbitkan

-

Tanggapi Keluhan Warga Terkait Aktivitas Penambangan Pasir yang Digelar di Istana Negara, Ini Tanggapan Kapolres Lumajang

Memontum Lumajang – Aksi warga Lumajang, persisnya warga Desa Sumberwuluh-Lumajang, yang berjalan kaki ke Jakarta dan menggelar aksi terkait aktivitas penambangan pasir di depan Istana Negara, mendapat perhatian Kapolres Lumajang, AKBP Dewa Putu Eka Darmawan. Kepada Memontum.com, Kapolres mengatakan jika persoalan tersebut sudah lama terjadi. Bahkan, peristiwa itu berlangsung sebelum dirinya bertugas atau menjabat sebagai Kapolres Lumajang.

Karenanya, mensikapi peristiwa itu, dirinya pun siap mengurai dengan melakukan investigasi yang melibatkan berbagai pihak. “Terkait dengan saudara-saudara kita yang dari Sumberwuluh (Desa, red) atau yang berangkat ke Jakarta dengan berjalan kaki dan mengadukan permasalahan terkait tambang di Desa Sumberwuluh yang diduga atau mereka prasangka, kami masih mengurai mengenai permasalahan itu. Karena, permasalahan ini sudah lama. Sedangkan saya, baru menjabat (Kapolres, red) 4 bulan lewat 20 hari. Jadi, permasalahan ini tentunya akan saya urai. Kalau masalah itu dituduhkan sebagai penyebab, maka saya sudah berkoordinasi atas petunjuk arahan Bapak Kapolda Jatim. Saya sudah minta koordinasi juga dengan Bapak Dirkrimsus dan sudah diutus dari Subdit 4 Bidang Sumber Daya Lingkungan. Tujuannya, untuk sama-sama melakukan investigasi atau penyelidikan awal. Jadi, kita akan melibatkan berbagai pihak, mulai dari ahli akademisi, kemudian dari badan vulkanologi, yang memahami bagaimana perkiraan, prediksi kenapa bisa sampai lahar meluber seperti itu,” terang Kapolres Lumajang, Jumat (15/07/2022) malam.

Dijelaskannya, bahwa dari informasi yang didapat itu, pihaknya akan melakukan kajian. Sehingga, untuk sementara waktu belum bisa memutuskan siapa yang diduga bersalah dalam hal ini.

Baca juga :

Advertisement

“Dari informasi awal yang kita peroleh, bahwa semua istilahnya material yang turun dari Semeru tersebut, nanti kita tanya secara riil. Bahwa BVBG 60 juta meter kubik dan itu belum pernah sebesar itu, katanya. Biasanya, kan hanya lahar dingin. Lahar dingin ini, kan tumpahan dari kawah langsung. Sehingga, menyebabkan atau bahkan jembatan Gladak Perak, pun jebol. Kan gitu, kalau anggapannya. Sehingga, kita harus melalui kajian. Kami Polri ini tetap independen. Independen, sehingga tidak bisa memutuskan siapa yang diduga bersalah, sebelum ada kajian-kajian dari ahlinya,” terang pria dengan pangkat dua Melati di Pundak itu.

Dewa Putu Eka Darmawan juga mengatakan, kalau pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bupati Lumajang. Tujuannya, guna mencari solusi sambil menunggu perkembangan.

“Saya sudah koordinasi juga dengan pemerintah daerah, dalam hal ini Pak Bupati. Pak bupati juga sudah ketemu dengan saya, untuk sama-sama kita mencarikan solusi dengan cara yang bisa mendekat ke arah menganalisa dengan lebih benar. Nanti, dari akademisinya mana. Sementara dari warga yang ke Jakarta, informasinya sudah akan diklarifikasi di satuan atas di Polda, untuk pengaduan yang pernah dibikin. Karena, mereka sudah pernah diundang, namun belum bisa datang karena harus menunggu pulang dari Jakarta. Ya sudah, kita tunggu dan nanti kita juga persiapkan timnya seperti apa. Kita akan membuat forum, agar tidak terjadi saling duga, saling tuduh. Polri dalam hal ini tetap independen di tengah-tengah dan tidak ada memihak ke salah satu pihak. Nanti, biar dari ahli-ahli yang terlibat yang menjadikan dasar bagi Polri kedepannya,” terangnya. (adi/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

Lewat ke baris perkakas